Rabu, 23 Februari 2011

Tugas 2 - Perencanaan dan Metode POD

Dalam perkembangannya pendidikan orang dewasa saat ini lebih banyak menggunakan metode partisipatif. Apa yang menyebabkan demikian?


PENJELASAN :
Dimana metode partisipatif ini sendiri adalah dimana semua pihak yang terkait dalam pendidikan dilibatkan dalam proses pendidikan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya.
Proses pembelajaran ini sendiri dimana ikut terlibat langsung di dalamnya. Sesuai dengan komponen perencanaan pendidikan luar sekolah menurut Rahman (1989) (dalam buku Suprijanto hal. 56) yaitu : sumber belajar (pembimbing) diupayakan diambil dari warga masyarakat setempat sendiri. Agar memudahkan orang tersebut berpartisipasi dalam proses belajar maka lebih di upayakan dengan orang yang ada di sekitar kita. Sesuai dengan prinsip perencanaan partisipatif (Pidarta,1988) (dalam buku Suprijanto hal.57) yaitu hubungan masyarakat, antara lembaga pendidikan dan masyarakat perlu ada hubungan yang harmonis, saling kerjasama, saling memberi, dan saling menerima. Proses belajar akan mudah terjalin karena telah mengenal satu sama lain. Makanya metode partisipatif ini lebih banyak di gunakan dalam pendidikan orang dewasa.


Sumber : Suprijanto,H. (2007). Pendidikan orang dewasa; dari teori hingga aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Kamis, 17 Februari 2011

Andragogi


TUGAS PENDIDIKAN ORANG DEWASA (ANDRAGOGI)

Septi Utami Anugrah (08-047)

I.I KASUS

       Pada hari ini tepatnya saat Mata kuliah Andragogi yang biasa juga kita sebut Pendidikan Orang Dewasa, ada tigamahasiswa yang terlihat belum hadir. Dengan begitu dosen bertanya keberadaan mereka, dengan begitu Dosen juga memberikan kontribusi waktu untuk menunggu mereka datang. Lalu beberapa waktu salah satunya telah tiba, ada dua mahasiswa lagi yang belum hadir. Setelah itu Dosen yang bersangkutan menyuruh salah seorang mahasiswa untuk menghubungi mahasiswa yang belum hadir tersebut. Pada saat itu pun seorang mahasiswa itu langsung menghubungi mereka, dia mengatakan bahwa Dosen telah memberikan kontribusi waktu untuk menunggu mereka. Akan tetapi mereka tetap mengatakan tidak hadir hari ini karena ada beberapa kendala yang menyebabkan mereka tidak dapat hadir pada hari ini. 

I.II PEMBAHASAN

       Menurut pembahasan kelompok kami, dari kasus diatas tersebut kami bahas berdasarkan salah satu dari ketujuh prinsip utama yang diambil dari artikel yang berjudul What Knowledge is of Most Worth yang ditulis dalam buku karangan Suprijanto, yaitu mengenai “etika”. Dimana dibuku ini dikatakan orang memiliki etika itu adalah orang yang memiliki nilai moral, jiwa pelayanan dan tanggung jawab pribadi serta menghargai orang lain. Kami menghubungkan ini, karena kami rasa sikap yang dimiliki mahasiswa yang tidak dapat hadir padaa saat itu kurang beretika, karena yang kami dengar ada salah satu dari mereka yang member alasan bahwa mereka tidak dapat hadir karena belum ada jam untuk beristirahat (makan) karena kuliah mereka dimulai dari pagi. Menurut kami itu sangat tidak logis, padahal dari setiap mata kuliah itu selalu diberikan jedah waktu paling tidak setengah atau bahkan hingga satu jam untuk beristirahat, ditambah lagi Dosen telah memberikan kontribusi waktu untuk mereka hadir saat itu. Mungkin menurut kami, dia tidak menghargai Dosen tersebut.
       Lalu selanjutnya kami pandang dari segi Minat mahasiswa tersebut. Dalam Suprijanto dikatakan bahwa dengan hanya sekedar latihan atau pengulangan tanpa di dasari dengan minat, hasil belajar tidak akan efektif. Sebenarnya kami tidak tahu mahasiswa tersebut memilih mata kuliah Andragogi ini berdasarkan minatnya, atau sekedar motivasi dia untuk mengikuti mata kuliah ini dikarenakan temannya juga memilih mata kuliah ini. Tapi dapat kami singgungkan, dimana yang kita tahu bahwa apabila pada dasarnya ada minat mahasiswa tersebut untuk memilih mata kuliah ini, seharusnya ia semangat ataupun sebisa mungkin untuk selalu menghadiri pertemuan di mata kuliah ini.
       Dengan begitu cara yang harus dilakukan bagi kita sebagai teman ataupun kelompok bahkan Dosen pada mata kuliah ini, sebaiknya kita memberikan motivasi kepada mereka, sehingga kita dapat membentuk kebiasaan yang positif pada diri mereka. Adapun beberapa dari cara untuk membentuk kebiasaan seseorang, yaitu kita menjadikan situasi dan kondisi sedemikian rupa sehingga pada mata kuliah Andragogi ini menyenangkan. Dengan tujuan agar mereka juga belajar menyukai mata kuliah ini dan berusaha menghadiri setiap pertemuan pada mata kuliah Andragogi. Lalu jangan biarkan pengeculaian terjadi sampai kebiasaan baru tersebut benar-benar berakar, contohnya, “jatah absen” dimana mahasiswa itu sadar bahwa mereka memiliki kesempatan untuk tidak hadir, disini seharusnya kita jangan sampai mebiarkan kebiasaan itu terjadi. Karena ada “jatah absen” kita bisa santai atau apapun itu, itu dapat mebuat kita terbiasa menggunakan kesempatan itu tidak hanya pada salah satu  mata kuliah juga, bahkan apabila yang terbiasa menggunakannya pada mata kuliah yang lain-lain juga. Memang semua itu adalah hak kita sebagai mahasiswa, tapi adalah bagusnya jika kita lebih baik selalu mengikuti mata kuliah apapun itu agar kita tidak ketinggalan materi-materi yang diajarkan.

I.III Pendekatan Perwujudan Diri Sendiri (Self Actualization Approach)

Pendekatan perwujudan diri menurut Maslow yang kami gunakan :

a.  Proses yang terpusat pada pebelajar
Asumsi yang mendasari adalah kesempatan-kesempatan untuk penemuan diri sendiri (self discovery) dapat mengembangkan kemampuan diri sendiri. Karena itu fungsi pembelajar terutama adalah menciptakan kesempatan-kesempatan untuk melibatkan pebelajar sebagai pribadi yang utuh dalam proses belajar mengajar. Dalam mata kuliah Andragogi ini, yang kami tahu adalah kami mahasiswa berperan aktif dalam pembelajaran. Jadi dengan fungsi dari pembelajar itu sangatlah baik apabila kita memanfaatkan kesempatan-kesempatan untuk selalu terlibat aktif dalam tugas pada mata kuliah ini. Dan oleh karena itu pembelajar harus mempunyai kemampuan untuk mendengarkan pendapat-pendapat pebelajar, tidak mendominasi pemikiran-pemikiran mereka, apapun prakarsa yang mereka cetuskan asal sesuai dengan norma-norma yang ada.

b.  Membantu timbulnya konsep diri yang positif
Salah satu dasar pendidikan perwujudan diri, adalah konsep diri yaitu cara seseorang melihat dirinya sendiri, dan sampai seberapa jauh ia memandang dirinya sebagai pembawa perubahan. Jadi kembali pada diri kita sendiri, apabila tidak ada yang memotivasi kita sebaiknya bangunlah motivasi dari dalam diri kita sendiri.
Seseorang yang mempunyai motivasi berkembang, akan menyelesaikan permasalahan-permasalahnnya dengan mengarah kedalam, artinya dengan mencari dirinya sendiri (by self searching) daripada mencari pengarah dari luar. Pendekatan perwujudan  diri, sependapat pula dengan anggapan bahwa perubahan yang efektif itu jika dimulai dari dalam diri seseorang, karena hal ini akan menimbulkan kemampuan-kemampuan, memupuk sikap positif serta menimbulkan kepercayaan pada diri sendiri yang lebih besar. Karena itu pendekatan perwujudan diri, akan memberikan rangsangan-rangsangan yang mendorong prakarsa pebelajar. 

SUMBER :
Suprijanto, H. (2007). Pendidikan Orang Dewasa; dari teori hingga aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Yusnadi, (200-). Andragogi, pendidikan orang dewasa. Medan: Program Pascasarjana

Rabu, 16 Februari 2011

Tugas 1 - Prinsip POD

Dari ciri-ciri belajar orang dewasa, menurut pendapat Lunandi (1982) (pada buku Suprijanto hal 46) tentang keadaan belajar orang dewasa secara psikologis bahwa "belajar bagi orang dewasa kadang-kadang merupakan proses yang menyakitkan.
Mengapa kadang-kadang merupakan proses yang menyakitkan?

Menurut saya,
Dimana sumber bahan belajar bagi orang dewasa berada pada diri orang itu sendiri, serta orientasi belajar orang dewasa terpusat pada kehidupan nyata.
Yang merupakan proses  menyakitkan ini yaitu apabila individu tersebut pernah mengalami masa-masa yang sulit dan menyakitkan bagi dirinya. Karena bagi orang dewasa itu belajar adalah hasil mengalami sesuatu.
Apabila seseorang mempunyai pengalaman yang traumatik, itu dapat menybabkan belajar bagi orang orang dewasa kadang-kadang merupakan proses yang menyakitkan.
Bagi pendidik sendiri apabila mendapat peserta didik yang demikian, pendidik harus dapat membuat suasana belajar pada setiap pertemuan harus akrab, gembira, senang, sopan, dan demokratis.
Dengan suasana yang kondusif memungkinkan peserta didik mengakui dan mengkaji kelemahan dan kekuatan pribadi dan dapat tumbuh sesuai dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat.

Sumber :
Suprijanto, H. (2007). Pendidikan Orang Dewasa; dari teori hingga aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Kamis, 10 Februari 2011

pengalaman pertama buat blog

Medan, 10 Februari 2011
Masi bingung rasanya untuk memakai blog ini.
Di awal tdi aja masi lupa apa email sama pass'nya, trus tanyak ke pacar eeehh malah dia yg inget. soal'nya dia sih yg buat'in, hehhehe :)
Mudah"an blog saya ini berguna bagi para pembaca sekalian :)
Perkenalkan nama  aku "Septi Utami Anugrah", sering di panggil "Ami" :)
Aku sekarang udah kulia tingkat 3 di USU jurusan Psikologi.
Aku kelahiran tahun 1990.
Blog ini kedpan'nya akan penuh oleh tugas" ku yang berkaitan dengan Psikologi khusus'nya dlm bdg pendidikan.
Mungkin, cukup segitu aja kali yah. ini hanya ulasan awal untuk blog baru, biar gak kosong melompong.
hehhheeehe :)
maap yah klo kata"nya masi sedikit ngasal, ini hanya awal dari isi blog aku.